Sabtu, 29 Mei 2010

MER-C ke Gaza Dibayangi Ancaman Israel

JAKARTA, KOMPAS.com - Para relawan Organisasi kegawatdaruratan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" Indonesia yang tergabung dalam misi "Flotilla to Gaza" melalui pelayaran menembus blokade Israel atas Gaza, Palestina bersama relawan 50 negara lainnya telah berlayar menuju Gaza, Jumat (28/5/2010).

Namun, dilaporkan perjalanan itu di bawah bayang-bayang ancaman Israel yang akan menghadang konvoi sembilan kapal yang membawa bantuan kemanusiaan untuk rakyat Gaza, Palestina.

"Waktu tempuh ke Gaza (dari Pelabuhan Antalya, Turki) diperkirakan 15-20 jam. Sementara itu Angkatan Laut Israel dikabarkan telah siap menghadang, bahkan menembak iring-iringan kapal bantuan ini dan memenjarakan para penumpangnya," kata dr Arief Rachman, salah satu dari lima relawan MER-C Indonesia melalui pesan singkat seperti dikutip Antara, Jumat malam.

Ia memohon doa seluruh masyarakat Indonesia atas keselamatan semua peserta pelayaran bagi kebebasan bangsa Palestina. Arief menjelaskan, hingga pukul 23:30 waktu Turki, seluruh penumpang kapal "Mavi Marmara" yang bersandar di Pelabuhan Antalya telah lengkap di dalam kapal.

"Mavi Marmara" sendiri adalah kapal penumpang sejenis fery dengan kapasitas penuh 800 orang. Dengan pertimbangan kenyamanan, pihak IHH (Insani Yardim Vakfi), salah satu organisasi HAM dan kemanusiaan terbesar di Turki yang bermarkas di Istanbul, dan menjadi penggagas utama "Flotilla to Gaza", membatasi jumlah penumpang dalam misi menembus blokade ini hanya 600-an penumpang.

Mereka terdiri atas anggota parlemen dari beberapa negara, artis, seniman, dan para aktivis yang bertentangan dengan kebijakan Israel memblokade Gaza.

Ia mengatakan, dengan waktu tempuh normal antara 15-20 jam menuju perairan Gaza, pihak IHH sengaja memberangkatkan "Mavi Marmara" malam hari dengan harapan akan memasuki perairan Gaza sekitar pukul 14.00 waktu setempat.

Hal itu, katanya, tentu dipengaruhi oleh cuaca, ombak laut, dan kecepatan dari masing-masing kapal mengingat rombongan terdiri dari sembilan kapal dengan jenis dan ukuran yang berbeda.

Dikemukakannya bahwa pihak Israel dikabarkan telah menyiapkan angkatan lautnya untuk menggiring misi "Flotilla" itu menuju Ashdod, sebuah kota pelabuhan kecil di utara Jalur Gaza, untuk memaksa rombongan membongkar muatan, dengan janji bantuan akan dihantar oleh UNRWA (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees) masuk ke Jalur Gaza. "Namun, tidak ada yang tahu kebenaran janji Israel," kata Arief Rachman.

Sementara itu, Ketua IHH Bullent Yildirim dalam keterangan kepada wartawan sebelum keberangkatan mengatakan bahwa pihaknya tidak akan mematuhi perintah dari manapun untuk membelokkan arah perjalanan. "Tujuan kami sudah sangat jelas dan cuma satu, menuju Jalur Gaza. Dan ’Flotilla’ ini akan bersama-sama mengatasi rintangan yang dibuat oleh pihak Israel untuk menghalang-halangi masuknya bantuan kemanusiaan ini," katanya.

Ia mengatakan, Perdana Menteri (PM ) Turki bahkan jauh hari sudah memperingatkan pihak keamanan Israel untuk tidak menyerang misi "Flotilla to Gaza" itu.

Menurut dia, di dalam kapal "Mavi Marmara" juga tampak kesibukan menjelang keberangkatan, di mana stasiun TV Aljazeera dan Press TV Iran mengadakan laporan langsung dari buritan kapal dengan narasumber Bullent Yildirim, syaikh Raid Salah, dan anggota parlemen Israel dari Partai Arab.

Arief Rachman juga melaporkan suasana tegang sempat mewarnai tim MER-C Indonesia karena ia tidak diperbolehkan masuk ke kapal karena namanya tidak tercantum dalam "manifest".

Meski telah menjelaskan adanya pergantian anggota tim sejak lama kepada pihak IHH, panitia tetap meminta untuk menunggu sampai "manifest" dikonfirmasi. "Setelah menunggu selama satu jam, akhirnya dengan izin Allah SWT nama saya dimasukkan dalam daftar tambahan dan bisa bergabung dengan relawan lain," katanya.

Gerakan "Flotilla to Gaza" adalah salah satu gerakan protes kemanusiaan terbesar sepanjang sejarah. Sejumlah tokoh, pegiat HAM dan relawan dari berbagai negara dan LSM tergabung dalam gerakan kemanusiaan untuk menghentikan blokade Gaza dan melihat warga Gaza bisa hidup bebas dan merdeka seperti warga dunia lainnya.

Sekjen UNRWA John Ging menyatakan bahwa "Flotilla to Gaza" 2010 adalah sebuah aksi yang terdapat di dalamnya "Sebuah kesadaran akan tanggung jawab yang sudah seharusnya diemban oleh komunitas internasional dalam rangka menentang lokade ilegal yang telah dilakukan oleh Israel terhadap Gaza."

John Ging juga menyerukan kepada semua pihak untuk sedapat mugkin mendukung dan ikut serta berpartisipasi dalam gerakan tersebut.

Organisasi-organisasi yang mengikutsertakan kapalnya adalah IHH Turki, ECESG (European Campaign to End the Siege of Gaza), FGM (Free Gaza Movement), Ship to Gaza Greece, Ship to Gaza Sweden, dan International Committee to Lift the Siege on Gaza.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar