Kamis, 24 September 2009

Ikan Betutu



Betutu (Oxyeleotris marmorata) adalah nama sejenis ikan air tawar. Meskipun agak jarang yang berukuran besar, ikan yang menyebar di Asia Tenggara hingga Kepulauan Nusantara ini digemari pemancing karena betotan (tarikan)nya yang kuat dan tiba-tiba.

Nama-nama lainnya di pelbagai daerah di Indonesia adalah bakut, bakutut, belosoh (nama umum), boso, boboso, bodobodo, ikan bodoh, gabus bodoh, ketutuk, ikan malas, ikan hantu dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris disebut marble goby atau marble sleeper, merujuk pada pola-pola warna di tubuhnya yang serupa batu pualam kemerahan.


Betutu bukan ikan baru. Namanya sudah lama dikenal. Namun ikan yang bernama latin Oxyeleotris marmorata ini tidak populer seperti ikan mas, nila dan lele. Karena konsumennya sangat terbatas, hanya golongan tertentu saja. Keadaan ini menjadikan permintaan pasar terhadap ikan betutu sangat rendah, sehingga orang enggan untuk membudidayakan dalam jumlah besar. Percuma saja ikan itu diproduksi kalau permintaan pasarnya masih rendah.

Sebenarnya rasa ikan betutu tidak kalah dengan ikan mas, nila dan lele. Rasanya juga lezat. Apalagi disajikan dalam berbagai bentuk variasi masakan, tentu akan menambah selera makan. Selain itu, ikan betutu memiliki kandungan gizi yang tinggi dengan protein mencapai 16 persen lebih. Bahkan menurut salah seorang penggemarnya dari Singapura, ikan betutu mengandung dzat yang bisa meningkatkan gairah lelaki.

Bagi beberapa pembudidaya, permintaan pasar betutu yang rendah tidak dijadikan sebagai masalah. Justru mereka menganggap keadaan itu sebagai suatu peluang yang baik untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Karena tidak terlalu banyak pesaing yang bergerak dalam bisnis itu. Maka tak heran mereka terus mencari ikan itu dengan berbagai jalan agar bisa mendapatkan ikan itu.

Cara yang paling mudah adalah dengan melakukan penangkapan. Daerah yang menjadi sasaran utama penangkapan ikan betutu adalah perairan yang tenang atau airnya tidak deras, seperti danau, rawa, waduk dan perairan lainnya. Sebagai contoh, di Jawa Barat perairan yang menjadi sasaran utama adalah Waduk Saguling, Waduk Cirata, Dan Waduk Jatiluhur. Di Jawa Tengah, Waduk Bromo. Di Sumatra Utara, Danau Toba.

Selain usaha penangkapan, beberapa orang sudah membudidayakannya. Tetapi jumlahnya masih sedikit, dan skalanya masih kecil. Sebagian besar budi daya betutu dilakukan pada tahap pembesaran, karena benih-benihnya mudah diperoleh di alam. Kolam telah dijadikan wadah untuk pembesaran betutu. Selain kolam juga jaring terapung yang dipasang di waduk-waduk dan hampang yang dipasang di rawa-rawa.

Meski budi daya betutu lebih banyak dilakukan dalam tahap pembesaran, tapi bukan berarti pembenihan betutu belum berhasil. Pembenihan betutu sudah lama berhasil. Karena ikan betutu dapat memijah secara alami, dan tidak membutuhkan perlakuan yang rumit. Kolam tanah bisa dijadikan sebagai wadah untuk pembenihan. Tidak hanya kolam bak tembok yang tidak begitu luas juga bisa dijadikan sebagai wadahnya.

Meski permintaan pasarnya rendah, namun bukan berarti ikan betutu tidak layak untuk jadikan sebagai lahan usaha. Seperti yang dilakukan pembudiaya. Karena harganya sangat mahal. Satu kilogram betutu bisa mencapai seratu ribu rupiah. Inilah yang harus diincar dari sebuah bisnis. Yaitu mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.


Pengenalan / Klarifikasi / Morfologi :

Ikan bertubuh kecil sampai sedang dengan kepala yang besar. Panjang tubuh (SL, standard length) maksimum hingga sekitar 65 cm[1], namun kebanyakan hanya antara 20–40 cm atau kurang. Berwarna merah bata pudar, kecoklatan atau kehitaman, dengan pola-pola gelap simetris di tubuhnya. Tanpa bercak bulat (ocellus) di pangkal ekornya.

Mengenal tubuh bagian luar adalah upaya untuk mengenal morfologi ikan betutu. Caranya dengan melihat bentuk tubuh, warna tubuh, dan organ-organ tubuh bagian luarnya. Hal ini penting diketahui untuk dapat membedakan dengan ikan lain, terutama ikan-ikan yang mirip dengan ikan betutu. Selain itu, pengetahuan ini juga penting nantinya dalam perlakukan selama proses pembudidayaannya.

Dilihat dari samping, tubuh betutu memanjang, dengan perbandingan panjang badan dan tinggi badan 4 : 1. Bila dipotong pada bagian tubuh yang paling tinggi, perbandingan lebar badan dan tinggi badan 1 : 1,5. Dengan perbandingan seperti itu tubuh betutu bisa dibilang membulat. Tubuh betutu terdiri dari kepala, badan dan ekor dengan perbandingan ketiganya 1 : 4 : 1. Tubuh besar pada bagian kepala kemudian mengecil ke bagian ekor.

Kepala bisa dibilang besar bila dibandingkan dengan ukuran tubuh. Tutup insang, mata, hidung, mulut menghiasi bagian itu. Tutup insang berupa lempengan yang menutup bagian belakang kepala yang bisa membuka dan menutup. Mata kecil dengan bagian tengah berwarna coklat muda dan bagian tepi berwarna coklat agak tua yang melingkar seperti cincin. Hidung juga kecil dan terletak di bagian atas kepala. Sedangkan mulut berada di depan kepala yang membelah hampir sebagian kepala.

Seluruh tubuhnya ditutup dengan sisik-sisk kecil, mulai dari belakang kepala sampai perbatasan pangkal ekor dengan warna dasar coklat muda. Pada bagian tertentu adan bercak-bercak hitam dan coklat tua, yang divariasi dengan titik-titik dengan warna yang sama. Pada bagian itu pula, sirip-siripnya menempel. Betutu memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip dubuh dan sirip ekor. Kelima sirip nampak besar.


Habitat dan Penyebaran :

Betutu menyebar di Asia Tenggara: Thailand, Vietnam, Kamboja, Laos, Semenanjung Malaya, Filipina, dan Indonesia: Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.Didapati pula di Jawa.Diintroduksi ke Singapura, Taiwan, Cina, dan mungkin pula Fiji.

Ikan betutu disukai sebagai ikan pancing maupun ikan konsumsi. Dagingnya enak dan lembut.
Sirip dorsal (punggung) yang sebelah muka dengan enam jari-jari yang keras (duri); dan yang sebelah belakang dengan satu duri dan sembilan jari-jari yang lunak. Sirip anal dengan satu duri dan 7–8 jari-jari lunak. Sisik-sisik di tengah punggung, dari belakang kepala hingga pangkal sirip dorsal (predorsal scales) 60–65 buah. Sisik-sisik di sisi tubuh, di sepanjang gurat sisi (lateral row scales) 80–90 buah.

Seperti dicerminkan oleh namanya, ikan ini malas bergerak atau berpindah tempat. Ia cenderung diam saja di dasar perairan, sekalipun diusik. Hanya di malam hari betutu agak aktif, memburu udang, ikan-ikan kecil, yuyu, atau siput air. Ikan betutu didapati di sungai-sungai di bagian yang terlindung, rawa, waduk, saluran air atau parit.

Tak sulit untuk mengetahui habitat atau tempat hidup ikan betutu. Karena betutu bukan ikan pendatang, tapi ikan asli Indonesia. Ikan ini banyak ditemukan di perairan yang tenang, seperti danau, rawa, waduk, dan perairan tenang lainnya, terutama di Pulau Sumatra, Kalimantan dan Jawa. Hidup bukan di daerah yang dalam, tetapi lebih suka di daerah yang dangkal. Ikan betutu tidak senang pada perairan yang deras, karena ikan ini sangat fasif, atau lebih banyak diam.

Betutu besar senang diam di dasar perairan. Kadang membenamkan tubuhnya ke permukaan dasar perairan. Karena sifat inilah, ikan betutu disebut Sand Goby. Sedangkan betutu kecil lebih suka menempel pada benda-benda yang ada di perairan itu. Meski fasif, ikan betutu memerlukan oksigen tinggi, karena tubuhnya tidak dilengkapi dengan alat pernapasan bantuan tambahan seperti pada ikan lele, dan gurame. Karena itu dalam pemeliharaan, air harus tetap mengalir.

Tak hanya di Indonesia, ikan betutu juga banyak ditemukan di negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Kamboja. Penyebarannya tidak seluas ikan sidat yang mendunia. Ikan betutu hanya tersebar di Asia Tenggara saja. Meski tidak mendunia, ikan ini cukup dikenal di beberapa negara. Karena dagingnya yang putih bersih, dan cocok untuk dijadikan sebagai bahan pembuat osisi.



Kebiasaan makan


Agresif tidak dimiliki ikan betutu. Ikan ini fasif atau lebih banyak diam. Tak heran banyak orang yang menyebutnya ikan malas. Sifat ini berpengaruh pada kebiasaannya dalam memperoleh makanan, lebih banyak menunggu daripada memburu. Meski begitu, ikan betutu pandai menangkap makanan, karena sewaktu-waktu bisa bergerak dengan cepat, dan berhenti dengan tiba-tiba, terutama ketika melihat ada makan.

Betutu termasuk karnivora, yaitu ikan yang sebagian masa hidupnya makan daging. Makanan yang paling disukai adalah anak-anak ikan, udang-udang kecil, insekta air, dan juga moluska atau jenis keong-keongan. Seperti kebanyakan ikan, betutu juga saat kecil suka juga dengan tumbuhan air, tetapi kebiasaan ini tidak lama dilakukan. Bisa juga dilakukan saat makanan berupa daging tidak ada di dekatnya.

Tidak seperti ikan mas, dan lele, pertumbuhan betutu tergolong lambat. Lambatnya pertumbuhan ini disebabkan karena sifat genetiknya, dan ukuran tubuhnya yang tidak bisa besar seperti ikan mas. Selain itu, sifat yang fasif juga mempengaruhi dalam pertumbuhannya. Karena jumlah makanan yang dikonsumsi tidak sebanyak ikan-ikan yang agresif. Dalam tiga bulan, panjang ikan betutu hanya 7 cm. Sedangkan ikan mas bisa mencapai 12 cm


Siklus Hidup dan Perkembangbiakan


Betutu bukan ikan musiman. Ikan ini bisa bertelur sepanjang tahun, sehingga pemijahan bisa kapan saja, tidak tergantung musim, baik musim hujan maupun musim kemarau. Selang waktu pemijahan ke pemijahan berikutnya beralangsung selama 6 bulan. Kematangan gonadnya dipengaruhi oleh suhu, dan makanan. Pada suhu tinggi dan makanan cukup, kematangan gonad bisa lebih cepat dan kualitas telur bisa lebih baik.

Betutu berkembang biak dengan bertelur, bukan beranak seperti sebelumnya banyak dikatakan orang. Pemijahan terjadi di dasar perairan, yaitu dalam sarang yang berupa lorong-lorong batu, akar kayu, atau benda-benda lainnya. Hal itu dilakukan karena ikan betutu sangat suka memijah dalam kegelapan, dan tidak mau terganggu ikan-ikan lainnya. Ketenangan merupakan syarat mutlak bagi ikan betutu selama pemijahan. Kalau gaduh, pemijahan bisa terganggu.

Mulanya jantan mencari sarang. Setelah menemukan, jantan mengajak pasangannya ke dalam sarang itu. Jantan akan selalu berada di samping betina sambil sekali-kali melekatkan tubuhnya ke induk betina. Betina diam, tetapi sekali membalas dengan melekatkan tubuhnya ke induk jantan. Sampai akhirnya, betina mengeluarkan telur. Pada saat yang sama jantan mengeluarkan sperma.

Pembuahan telur terjadi di luar tubuh, dan telur yang sudah dibuahi adhesif bersifat, yaitu menempel pada permukaan benda-benda yang ada di dasar perairan. Seekor induk betina yang beratnya 350 gram dapat mengeluarkan telur antara 5.000 – 7.500 butir. Penetasan telur tidak bisa berlangsung cepat seperti ikan mas. Pada suhu 24 O C, telur menetas dalam waktu 7 hari. Pada suhu 26,5 O C, telur menetas dalam waktu 5 hari. Dalam kondisi lingkungan yang optimal, daya tetas telur dapat mencapai 70 persen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar