Selasa, 26 Januari 2010

Rangkuman Fatwa Para Ekonom pada Sidang Pansus Century

Sidang Pansus Bank Century yang dihelat di Senayan memang belum memasuki tahap akhir. Meskipun titik klimaks telah terlewati, akhir dari simpulan sidang belum juga bisa ditentukan. Pemanggilan saksi-saksi masih dilakukan meski tidak semenarik beberapa waktu lalu. Drama dan sandiwara telah dipertontonkan para wakil rakyat kepada seluruh pemilihnya. Kegarangan dan kesantunan beberapa anggota Pansus Century telah ditunjukkan secara live oleh beberapa stasiun televisi nasional dan disaksikan rakyat Indonesia. Wajah bangsa pun ikut tersorot di dunia internasional. Berbagai tanggapan dan kritikan juga telah dialamatkan kepada anggota dewan yang terhormat. Selain itu, kapabilitas dan mental para saksi yang duduk di kursi ‘pesakitan’ sidang tersebut juga telah ditunjukkan. Sekarang rakyatlah yang akan menilainya sebelum simpulan akhir diputuskan.

Bagi pembaca yang tidak mengikuti perhelatan akbar Pansus Hak Angket Kasus Bank Century sampai tuntas, janganlah kecewa. Salah satu surat kabar harian nasional terkemuka, telah berbaik hati merangkumnya dalam satu halaman khusus di bagian muka. Sekedar berbagi, silahkan cermati hasil-hasil ‘fatwa’ para ekonom berikut ini, baik dari pihak yang berpendapat telah terjadi krisis berdampak sistemik dan menyetujui bailout Bank Century (kini Bank Mutiara), maupun dari pihak yang beropini terjadi krisis namun tidak berdampak sistemik sehingga tidak perlu bailout bank tersebut.

Silahkan dinikmati…

Pengamat ekonomi yang dipanggil Pansus Century dan berpendapat pertama tadi antara lain : Fauzi Ikhsan, Chatib Basri, Faisal Basri, dan Christianto Wibisono.

Sedangkan yang berpendapat kedua tadi antara lain : Hendri Saparini, Drajat Wibowo, Ichsanuddin Noersy, dan Kwik Kian Gie.

Bagaimana pandangan-pandangan mereka? Berikut adalah rangkumannya.

Pihak yang tidak menyetujui bailout :

1) Hendri Saparini (ekonom Econit)

Penutupan Bank Century (BC) tidak berdampak sistemik. Struktur perbankan pada akhir tahun masih kuat meski ada krisis keuangan global.

Perbankan pada saat itu tidak mengalami tekanan besar dan terimbas kasus BC. Hanya ancaman likuiditas yang terjadi karena peningkatan suku bunga dan pengetatan fiskal.

Jika karena krisis, seharusnya yang kena dampaknya tak hanya satu bank, yakni BC. Toh, BPK hanya menyebut satu bank yang CAR-nya rendah. Tak heran ada peraturan yang diubah.

2) Drajat Wibowo (ekonom lepas)

Penutupan BC tidak mungkin berdampak sistemik terhadap bank-bank lain. Saya pertanyakan dampak sistemik bila BC tak diselamatkan saat krisis 2008. Padahal saat yang hampir bersamaan, Bank Indonesia memutuskan penutupan Indover Bank saat seret likuiditas. BI sudah tahu biaya bailout mencapai Rp 6,7 triliun.

3) Ichsanuddin Noersy (ekonom UGM)

Meski krisis Amerika berdampak sistemik, tapi saat masuk ke negara lain belum tentu sistemik. Yang terjadi pada BC bukan kesulitan likuiditas, tetapi problem modal bank. Krisis finansial 2008 tak berimbas ke perbankan nasional. Di AS terjadi krisis karena kalah dari industri China, dan memang berdampak sistemik ke nagara-negara lain. Jadi, bailout ini adalah kejahatan yang lebih kejam dari kejahatan teroris, karena ada dana Rp 6,7 triliun yang berhasil dicaplok BC dan mengalir tidak jelas. Ini merugikan bangsa.

Pihak yang menyetujui bailout :

1) Fauzi Ikhsan (ekonom Standard Chartered)

Sangat mungkin transaksi antarbank terganggu, karena tidak ada penjaminan transaksi antarbank, seperti yang dilakukan pemerintah pada 1998-1999. BC punya pinjaman antarbank Rp 300 miliar pada tujuh bank. Tahun 2008 krisis sangat hebat dan mengganggu perbankan nasional. Bila BC dilikuidasi, ongkosnya sekitar Rp 6,4 triliun atau lebih murah dibandingkan bailout dengan biaya Rp 6,7 triliun. Namun, resiko yang tidak terlihat sangat banyak.

2) Chatib Basri (ekonom UI)

Bank Century berdampak sistemik karena saat itu dalam situasi ketidakpastian yang tinggi. Ada kondisi hilangnya kepercayaan saat krisis melanda. Kondisi finansial global mendorong Indonesia masuk dalam lingkup krisis yang sama dengan negara lain. Tekanan situasi makro 2008 dapat menyulitkan sektor perbankan. Jadi, tindakan mantan ketua KSSK, Sri Mulyani, menyelamatkan BC sudah tepat. BC harus diselamatkan karena saat itu penuh ketidakpastian.

3) Faisal Basri (ekonom UI)

Kondisi krisis bagai harmonisasi antara mikrofon, speaker, dan amplifier. Bila terlalu jauh, suara dari mikrofon tidak terdengar. Bila terlalu dekat akan berdengung. Artinya, ongkos penyelamatan atau likuidasi BC sudah pasti. Bila ditutup, ongkos yang dikeluarkan pemerintah tidak bisa dihitung pasti. Jadi, kondisi BC berdampak sistemik dan bailout diperlukan.

Sekedar tambahan :

Chatib Basri

“Lihat saja di Inggris, bank sekecil Northern Rock saja diselamatkan oleh bank centralnya.”

Hendri Saparini

“Kondisi Bank Century tidak bisa disamakan dengan Northern Rock.”


(Disarikan dari harian Republika, Jumat, 22 Januari 2010)

Untuk ulasan mengenai Christianto Wibisono atau Kwik Kian Gie, saya kira memerlukan pemaparan tersendiri, bisa panjang soalnya, mudah-mudahan pada kesempatan lain saya bisa menulisnya. .



Akhir-akhir ini, santer diberitakan media terutama di televisi mengenai heboh kasus pembobolan ATM bank bermoduskan skimmer dan secret camera. Ratusan nasabah bank-bank terkemuka nasional berondong-bondong melaporkan kehilangan sejumlah uangnya kepada kepolisian dan pihak perbankan. Pemberitaan yang terus-menerus oleh media dengan segala kekhawatirannya cukup membuat publik yang mempunyai simpanan di bank dalam jumlah besar, menjadi panik. Mereka segera ke bank tempat menyimpan dananya, sekedar untuk mengecek saldo barangkali, siapa tahu ikut jadi korban pembobolan rekening.

Bagi saya yang tidak memiliki cadangan dana yang patut untuk dikhawatirkan, saya tenang-tenang saja. Tidak akan berdampak sistemik terhadap perekonomian saya dan keluarga. Ambillah kalau memang ada. Namun bagi mereka yang saya sebutkan di atas, wajar mereka takut kehilangan uangnya. Sekali lagi kejadian ini membuktikan betapa lemahnya perbankan nasional, selain peraturan yang belum komprehensif, dukungan teknologinya pun begitu mudah dibobol kriminal dari masyarakat biasa.

Jadi, selain modal, pondasi perbankan nasional atau dunia sekalipun, menurut saya adalah trust, kepercayaan.

Demikianlah, semoga bermanfaat…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar